Seekor puisi mirip ikan sapu-sapu
Merayap menghinggapi punggungku
Punggung yang sejak lama dentum-dentang
Seolah di dalamnya seorang petarung sedang berpencak
Mengulangi jurus demi jurus
Tampa lawan
Lalu ritmis langkahmu menghampiri
Seketika rentaknya mengayun tenang
Kaulepaskan puisi itu dari rangkulan tulang igaku
Sebentuk waktu membuatnya bertumbuh
merah marun seperti mawar yang menuia
Lalu secercah cahaya mirip sebilah pisau
Melibasnya dengan gerakan membantai
Mengakhiri gerak dan detak pada urat lehernya
Ia tergelimpang
Tubuhnya melambung-lambung
Menggelempar-meregang
Menahan pelepasan cahaya dari binar matanya
Mata yang jatuh cinta
Mata yang begitu diam
RIO FITRI
Lahir sumatra barat
(kompas edisi Minggu 31 januari 2016)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar